Naoto Kan, Perdana Menteri Jepang, telah mengundurkan diri sebagai kepala pemerintahan karena rakyat Jepang kecewa terhadap kinerjanya dan caranya menangani pemulihan bencana gempa/tsunami raksasa Maret lalu.
Sekarang Jepang telah memiliki Perdana Menteri yang baru, yaitu Yoshihiko Noda, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri keuangan. Noda mewarisi sebuah pekerjaan rumah yang sangat melelahkan; bencana alam, krisis ekonomi dan kekurangan bayi.
Yap. Jepang memang sedang dalam gonjang-ganjing kebingungan. Bayangkan, dalam 5 tahun terakhir, Jepang telah mengganti perdana menteri sampai 6 kali (Noda yang ke-6). Ini berarti rata-rata usia jabatan seorang perdana menteri Jepang kurang dari 1 tahun.
Sementara itu, pada tanggal 1 September lalu, Jepang mengadakan pelatihan penanganan bencana alam secara massal. Lebih dari 500.000 orang di seluruh Jepang, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, turut serta dalam pelatihan "Disaster Prevention Day" atau "Hari Pencegahan Bencana" dalam memperingati gempa raksasa di Kanto pada tanggal 1 September 1923 yang menewaskan 100.000-140.000 jiwa.
TEPCO, perusahaan listrik yang terkena bencana, telah mengumumkan bentuk kompensasi yang akan diberikan kepada para keluarga korban musibah PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Fukushima.
TEPCO akan memberikan ¥120.000 (sekitar Rp.12 jutaan) kepada lebih dari 400.000 kepala keluarga per bulan terhitung dari Maret sampai masalah radiasi ini benar-benar teratasi. TEPCO juga akan mengganti 100% gaji yang hilang sejak bulan Maret, ¥8000 (sekitar Rp.800 ribuan) untuk akomodasi per malam, ¥8000 untuk cek ke dokter per kunjungan, serta banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar